Langsung ke konten utama

Perihal mimpi dan cita-citaku, bisakah kita tidak membercandakan hal itu?

Tiga tahun lebih kita berteman,  sering berbagi dan bertukar pikiran. Kau menceritakan masalahmu,  pun begitu pula denganku, aku tak ragu menceritakan masalah dan isi kepalaku kepadamu. Bagimu,  aku orang yang teramat-sangat serius dengan masa depan. Orang yang selalu mengaitkan apa yang kita lakukan sekarang,  dengan imbasnya ke masa depan nanti. Orang yang membosankan jika berbicara topik serius, dan orang yang mempunyai tingkat kebaperan yang sangat tinggi.

Membosankan..

Ya,  itulah kata yang sering keluar dari mulutmu jika kita berbicara tentang angan dan mimpi. Terlebih jika kita berbicara tentang pendidikan.

Seperti yang kamu tahu, aku adalah wanita kecil yang hidup dengan mimpi dan cita-cita yang begitu tinggi. Namun,  salahkah hal tersebut?  bukankah semua orang boleh bermimpi? Apalagi hanya bermimpi agar kelak bisa menjadi wanita yang berpendidikan.

Wahai teman, ketahuilah. Bahwa bagi sebagian orang mimpiku tidaklah berarti apa-apa. Bersekolah, Ia mudah,  dan tak begitu sulit digapai. Dan bahkan,  ia sudah dimiliki oleh kebanyakan orang, yang usianya sama dengan kita,  atau bahkan lebih muda dari kita. Dan sepertinya,  dalam jangka waktu dekat ini akan dimiliki olehmu juga bukan?  Aku turut berbahagia.

Aku turut berbahagia. Aku serius dengan kata-kataku.  Tak tahukah kamu betapa kagetnya diriku ketika mengetahui hal tersebut?

Temanku,  yang dahulu harus aku ocehi setiap hari agar mau belajar, yang sering ku marahi karena mencontek tanpa memperlajari hal yang dicontek (read:hanya menyalin). Yang setiap hari mengeluhkan harinya,  dan berdoa agar cepat lulus.  Kini,  bagai sosok yang lain. Dengan semangat mengumumkan,  bahwa dirinya akan segera bersekolah.  Menuju ke bangku perkuliahan.

Hal yang begitu menakjubkan bukan?

Bisa kau bayangkan,  bagaimana ekspresiku..

Kurang lebih,  sama seperti dulu, saat kau bilang mau lebih tertutup dengan pakaianmu..

Awalnya,  ku pikir ini akan menjadi hal yang semakin mendekatkan kita.  Karena sekarang,  tujuan dan cita-cita kita sama. Bersekolah,  dan fokus pada pendidikan. Di imbangi berkerja, dan kesenangan-kesenangan lainnya demi menjaga mood kita. Sebab kita sama. Gampang bosan dengan keadaan, dan memiliki kepala yang masih dipenuhi dengan destiani-destinasi liburan.

Lalu setelahnya, ternyata yang terjadi tidak seperti yang ku perkirankan. Tetap saja,  ada jarak antara kita.  Yang bahkan mungkin sekarang lebih terbentang, karena ke-tidak-nyamanan-ku yang perlahan makin ku tunjukan.

Teman..

Ternyata tiga tahun bersama belum cukup bagi kita untuk mengenal dengan baik pribadi masing-masing dari kita. Kau belum mengenalku seutuhnya,  pun begitu pula denganku, yang masih gampang tersinggung dengan candaanmu, seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Teman...

Sungguh aku merasa bodoh,  ketika menyadari bahwa diri ini merasakan sakit akibat perkataanmu. Sebisa mungkin ku berfikir,  bahwa itu hanyalah gurauan. Sejauh mungkin ku berusaha mencoba membuang fikiran negatif tentang perkataanmu. Aku dengan keras berusaha agar tidak memasukan kata-katamu kedalam hatiku. Ku coba membiarkannya berlalu. Namun, aku gagal teman.  Aku tidak bisa.

Maaf,  Aku telah tersinggung dengan perkataanmu.

Maafkan aku yang terlalu memikirkan perkataan itu,  tapi sungguh,  itu sangat merobek hatiku.

Hal tersebut membuatku memaki dan menertawai diriku sendiri.  Bagaimana mungkin seorang teman tersinggung dengan candaan teman baiknya? Hal yang konyol bukan?

Tapi teman,  sepertinya ada satu hal yang harus kau ingat.  Bahwa bercanda juga memiliki batasan. Ia harus tahu waktu,  dan topik yang dibercandakan. Tidak semua hal dapat kau jadikan bahan bercandaan..

Begitu pula dengan mimpi dan cita-citaku,  aku mohon, bisakah agar kita tidak menjadikannya sebagai bahan bercandaan? Sebab itu sangat melukai hatiku.

. . .

Tidak semua manusia berdiri pada titik  mulai yang sama. Aku dan kau,  kita memiliki titik yang berbeda. Jenis rintangan yang dihadapi pun begitu,  berbeda. Jadi apakah pantas bagimu menghujat mimpi orang lain hanya dikarenakan progressnya lebih lama?

Teman..

Aku tidak berkata bahwa rintangan yang kau hadapi lebih sedikit dari apa yang ku hadapi. Sebab aku sadar,  tidak semua sisi kehidupanmu aku mengerti.  Harusnya begitu pula kau berfikir.

Aku mungkin terlihat sudah menceritakan semua kepadamu. Masalahku, angan dan mimpiku, ataupun keseharianku. Tapi sadarkah kau bahwa hal tersebut sangat tidak mungkin ku lakukan?

Ada banyak hal yang belum kau ketahui.  Ada banyak hal pula,  yang kupilih untuk ku simpan sendiri.

. . .

Manusia hidup dengan masalah dan rintangannya masing-masing. Mungkin,  hidup orang lain terlihat lebih cantik dan indah dari hidup kita. Tapi, itu bukan berarti mereka tidak memiliki masalah dalam hidupnya.  Hanya saja mereka lebih tangguh dalam menyembunyikan dan mengatasi masalahnya.

. . .
Seperti yang sudah ku sampaikan.  Lagi-lagi aku memaki  dan menertawai diriku sendiri. Bagaimana mungkin dari sebuah candaan seorang kawan,  aku sampai seniat ini untuk menjabarkan apa yang terlintas dibenakku?

. . .

Mungkin kamu benar,  aku orang yang membosankan dan memiliki tingkat kebaperan yang sangat tinggi.  Karena hanya dengan sebuah candaan, aku menjadi merasa begitu terlukai oleh seorang yang ku anggap sebagai teman.

. . .

Maafkan aku teman,  karena aku tidak dapat memahami candaanmu.  Tidak mengerti dibagaian mana itu terlihat lucu,  sampai kau sebegitunya menertawai cita-citaku.

. . .

Dan sekali lagi,  maafkan aku teman.  Karena aku lebih memilih menjabarkan apa yang terlintas dibenakku dalam tulisan ini,  dan bukan duduk dan berdiskusi denganmu.

Semoga,  jika ternyata kau memiliki waktu luang dan dengan sengaja ataupun tidak sengaja membaca tulisan ini.  Kau sadar,  bahwa memilih mimpi dan cita-citaku sebagai bahan bercandaanmu,  adalah tidakan yang amat-sangat melukaiku.

. . .

Teman..

Percayalah,  aku menulis ini bukan untuk memperkeruh keadaan. Hanya saja,  kadang ada beberapa hal yang sulit untuk dikatakan,  dan lebih memilih untuk dituliskan.

. . .

Semoga saja tulisan ini tidak memperkeruh keadaan,  dan kita tetap terus berteman,  dan lebih mengerti tentang pribadi satu sama lainnya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jingga dan senja, adalah kolaborasi yang sempurna.

Kamu tahu jingga? Iya,  jingga adalah warna yang ceria. Warna yang melambangkan kehangatan, kenyamanan dan persahabatan. Setidaknya begitulah arti jingga bagi kebanyakan orang. Namun bagiku,  jingga lebih lengkap dari itu. . . . Dalam jingga,  aku tidak hanya melihat beribu keceriaan, namun juga sejuta senyuman. Olehnya,  orang yang memperhatikannya,  ia tarik kedalam kebahagian, ia ajarkan caranya memberikan senyuman. Perihal kehangatan dan kenyamanan,  jingga dan senja memang juara.  Warna merah yang bercampur kuning itu,  mampu menghipnotisku. Membuatku merasa nyaman dan tentram ketika menikmatinya. Sedangkan tentang tersahabatan, jingga memang sudah lama bersahabat denganku. Dari sebelum aku tahu,  apa sebenarnya jingga itu. ... Berbeda dengan jingga,  senja memiliki arti yang begitu luas bagi orang-orang. Ada yang menilainya romantis,  melankolis, juga puitis. ... Senja,  adalah penghantar dari siang menuju malam...

Last Meeting Theory

  Last Meeting Theory   Kata orang, kita tidak akan pernah tahu kapan sebuah pertemuan akan menjadi yang terakhir kalinya. Theori itu seolah menampar kehidupanku satu per satu. Ia, pertemuan terakhir- tak pernah datang dengan aba-aba, tetapi ia datang selayaknya hari biasa, -yang kemudian menjadi penyesalan yang luar biasa .       Bagian Satu, Mama. Tahun lalu, saat Ramadhan aku pulang. Ku pikir, itu akan cukup untuk menggantikan momen lebaran.   Ku pikir, tiga hari menghabiskan waktu bersama akan cukup untuk mengisi rindu. Ku tawari dia ini dan itu, namun ia tak mau. Ku turuti maunya, lalu kembali pulang -ke rantauan, sambil membawa ijin akan sebuah hobi, yang tadinya tak ia percayai.                             Andai aku tahu bahwa itu lebaran terakhir bersamanya,       ...

Penggalan kalimat.

Pagi ini hujan mengguyur jakarta, membuat manusia-manusia yang begitu cinta kepada kasurnya merasa enggan meninggalkan sang kasur sendirian. . . . . Hari ini jakarta hujan ? tak apa , asal jangan ada hujan dipipimu . . . . Kepada kamu yang merasa tak asing dengan kalimat tersebut, ya, itu kalimat yang terselip disela-sela ruang perbincangan kita. Kamu tahu? Menulis penggalan kalimat tentang kamu adalah favorite ku. Ini bukan berarti aku senang menuliskan apa yang ada di ruang perbincangan kita dan lalu membagikannya. Bukan. Yang ku maksud adalah, memasukanmu kedalam tulisanku. Baik menjadi inspirasi, ataupun memang sedang menguliti kamu dalam tulisan itu. Dan aku suka yang terakhir. Sangat suka. . . . Kalimat demi kalimat mengalir begitu deras layaknya aliran air dari sungai yang besar . Deras sekali . ' Itulah yang terjadi jika aku sedang mengulitimu dalam tulisanku. . . . Aku suka menulis, dan kamu. Jadi mungkin itu alasan mengapa aku suka me...