Mawar Putih

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Setangkai mawar putih dibawanya, ia berdiri manis tak jauh dari hadapanku. Berdiri, menatap dengan tatapan mengamati, mengulitiku dengan matanya. " Kamu kurusan, nak." Ujarnya. Lalu ia berjalan menghampiriku. Mengusap pucuk kepalaku, dengan perlahan, penuh cinta. Memberiku setangkai mawar putih, lalu tersenyum, dengan senyuman yang belakangan ini ku rindukan.

.

.

.

.

Ialah penggalan dari mimpiku tadi malam. Tak begitu jelas ku ingat. Semuanya terlihat begitu samar. Hanya beberapa potongan saja yang mampu ku telusuri dengan sangat baik, dan bagian itulah yang membuatku seketika terbangun dari tidurku.

.

.

.

Ibu, inikah pertanda bahwa kau merindukanku? Atau, ini adalah pertanda bahwa aku begitu merindukanmu? Atau, kita berdua sama-sama merindu? Ya.. lebih indah begitu.. kita, sama-sama merindu..

.


.


Aku rindu. Pada suasana rumah yang hampir setiap hari membuatku kesal. Pada ocehan yang setiap hari membuatku ingin menjawabnya. Pada dirimu, jiwa dari rumah..

Aku tahu, engkau tidak akan membaca tulisanku.. tapi biarkanlah aku membuat diriku lega, dengan menuangkan apa yang ingin aku curahkan.. sebelum pada akhirnya aku mendaratkan kerinduan ini padamu.


Tertanda, anakmu, yang sejatinya malu mengucapkan rindu padamu.

Komentar

Postingan Populer