Perumpamaan
Seperti mencoba menyatukan kembali serpihan-serpihan gelas yang telah pecah,
Mengambil tiap serpihannya satu-persatu,
Mengumpulkannya,
Lalu kembali mencoba menyusunnya lagi.
Mengambil tiap serpihannya satu-persatu,
Mengumpulkannya,
Lalu kembali mencoba menyusunnya lagi.
Mungkin, itulah yang sedang saya lakukan.
Sekeras apapun saya mencoba menemukan tiap bagian dari serpihannya,
Tetap saja, masih ada beberapa bagian lagi yang tidak mampu saya temukan.
Tetap saja, masih ada beberapa bagian lagi yang tidak mampu saya temukan.
Namun saat itu, mungkin saya tidak lekas menyerah.
Dengan senyum melebar saya tetap mencari bagian dari serpihan gelas itu.
Dengan senyum melebar saya tetap mencari bagian dari serpihan gelas itu.
Dengan semboyan-tiada-hal-yang-percuma, saya tetap dengan senang hati mengumpulkannya.
Sampai di satu titik saya tahu,
Sekeras apapun usaha saya menyatukan serpihan dari gelas itu,
Dia, sang gelas,
Tidak akan kembali menjadi utuh seperti semula.
Sekeras apapun usaha saya menyatukan serpihan dari gelas itu,
Dia, sang gelas,
Tidak akan kembali menjadi utuh seperti semula.
Walaupun saya temukan semua bagian dari serpihannya,
Walaupun saya kembali menyusunnya dengan hati-hati,
Gelas itu, tidak akan pernah kembali seperti dulu.
Walaupun saya kembali menyusunnya dengan hati-hati,
Gelas itu, tidak akan pernah kembali seperti dulu.
Karena meski semua bagiannya telah di temukan, retak dari pecahan tersebut tidak akan menghilang begitu saja.
Sang gelas mungkin akan kembali utuh,
Tapi tidak seperti dulu.
Tapi tidak seperti dulu.
.
Sama halnya dengan kamu dan hati ini,
kamu mungkin sekarang ada disisiku,
kamu mungkin sekarang ada disisiku,
dan hati ini mungkin masih menyediakan ruangnya untukmu,
Tapi semua sudah tak terasa seperti dulu.
Tapi semua sudah tak terasa seperti dulu.
Komentar
Posting Komentar