Langsung ke konten utama

Perumpamaan

Seperti mencoba menyatukan kembali serpihan-serpihan gelas yang telah pecah,
Mengambil tiap serpihannya satu-persatu,
Mengumpulkannya,
Lalu kembali mencoba menyusunnya lagi.
Mungkin, itulah yang sedang saya lakukan.
Sekeras apapun saya mencoba menemukan tiap bagian dari serpihannya,
Tetap saja, masih ada beberapa bagian lagi yang tidak mampu saya temukan.
Namun saat itu, mungkin saya tidak lekas menyerah.
Dengan senyum melebar saya tetap mencari bagian dari serpihan gelas itu.
Dengan semboyan-tiada-hal-yang-percuma, saya tetap dengan senang hati mengumpulkannya.
Sampai di satu titik saya tahu,
Sekeras apapun usaha saya menyatukan serpihan dari gelas itu,
Dia, sang gelas,
Tidak akan kembali menjadi utuh seperti semula.
Walaupun saya temukan semua bagian dari serpihannya,
Walaupun saya kembali menyusunnya dengan hati-hati,
Gelas itu, tidak akan pernah kembali seperti dulu.
Karena meski semua bagiannya telah di temukan, retak dari pecahan tersebut tidak akan menghilang begitu saja.
Sang gelas mungkin akan kembali utuh,
Tapi tidak seperti dulu.

.


Sama halnya dengan kamu dan hati ini,
kamu mungkin sekarang ada disisiku,
dan hati ini mungkin masih menyediakan ruangnya untukmu,
Tapi semua sudah tak terasa seperti dulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jingga dan senja, adalah kolaborasi yang sempurna.

Kamu tahu jingga? Iya,  jingga adalah warna yang ceria. Warna yang melambangkan kehangatan, kenyamanan dan persahabatan. Setidaknya begitulah arti jingga bagi kebanyakan orang. Namun bagiku,  jingga lebih lengkap dari itu. . . . Dalam jingga,  aku tidak hanya melihat beribu keceriaan, namun juga sejuta senyuman. Olehnya,  orang yang memperhatikannya,  ia tarik kedalam kebahagian, ia ajarkan caranya memberikan senyuman. Perihal kehangatan dan kenyamanan,  jingga dan senja memang juara.  Warna merah yang bercampur kuning itu,  mampu menghipnotisku. Membuatku merasa nyaman dan tentram ketika menikmatinya. Sedangkan tentang tersahabatan, jingga memang sudah lama bersahabat denganku. Dari sebelum aku tahu,  apa sebenarnya jingga itu. ... Berbeda dengan jingga,  senja memiliki arti yang begitu luas bagi orang-orang. Ada yang menilainya romantis,  melankolis, juga puitis. ... Senja,  adalah penghantar dari siang menuju malam...

Last Meeting Theory

  Last Meeting Theory   Kata orang, kita tidak akan pernah tahu kapan sebuah pertemuan akan menjadi yang terakhir kalinya. Theori itu seolah menampar kehidupanku satu per satu. Ia, pertemuan terakhir- tak pernah datang dengan aba-aba, tetapi ia datang selayaknya hari biasa, -yang kemudian menjadi penyesalan yang luar biasa .       Bagian Satu, Mama. Tahun lalu, saat Ramadhan aku pulang. Ku pikir, itu akan cukup untuk menggantikan momen lebaran.   Ku pikir, tiga hari menghabiskan waktu bersama akan cukup untuk mengisi rindu. Ku tawari dia ini dan itu, namun ia tak mau. Ku turuti maunya, lalu kembali pulang -ke rantauan, sambil membawa ijin akan sebuah hobi, yang tadinya tak ia percayai.                             Andai aku tahu bahwa itu lebaran terakhir bersamanya,       ...

Penggalan kalimat.

Pagi ini hujan mengguyur jakarta, membuat manusia-manusia yang begitu cinta kepada kasurnya merasa enggan meninggalkan sang kasur sendirian. . . . . Hari ini jakarta hujan ? tak apa , asal jangan ada hujan dipipimu . . . . Kepada kamu yang merasa tak asing dengan kalimat tersebut, ya, itu kalimat yang terselip disela-sela ruang perbincangan kita. Kamu tahu? Menulis penggalan kalimat tentang kamu adalah favorite ku. Ini bukan berarti aku senang menuliskan apa yang ada di ruang perbincangan kita dan lalu membagikannya. Bukan. Yang ku maksud adalah, memasukanmu kedalam tulisanku. Baik menjadi inspirasi, ataupun memang sedang menguliti kamu dalam tulisan itu. Dan aku suka yang terakhir. Sangat suka. . . . Kalimat demi kalimat mengalir begitu deras layaknya aliran air dari sungai yang besar . Deras sekali . ' Itulah yang terjadi jika aku sedang mengulitimu dalam tulisanku. . . . Aku suka menulis, dan kamu. Jadi mungkin itu alasan mengapa aku suka me...