Langsung ke konten utama

Right Decision

2017 akhir aku putuskan untuk merantau lagi. Setelah tahun sebelumnya gagal dalam 6 bulan merantau dan di serang berbagai penyakit, mulai dari rindu rumah, mag tiada membaik, insecure mendarah daging dan penyakit people pleasure yang bersarang di anak yang belum genap berusia 18 tahun yang nekat hidup sendiri tanpa perencanaan yang matang dan tidak mau meminta bantuan. Beberapa alasannya masih sama, mengejar cinta masa remajanya, mengejar hidup bebas tanpa aturan di sekitarnya, dan berlari menuju tempat yang sepi untuk menghidupi jiwanya. Naif memang, karena sejauh apapun dia berlari dunianya tidak pernah sepi. Ramai akan selalu menetap di dalam kepalanya. Sehening apapun keadaan sekitar, tak akan ada damai yang dia capai. Tetapi dia tetap melakukannya. Karena dia memang sungguh se-naif itu.
Sebelum dan sesudahnya tiada henti dia selalu berterimakasih kepada seseorang yang pada akhirnya membuat dia mempunyai tekad sebulat ini. Ralat, tekadnya memang selalu bulat, nekat adalah ciri hidupnya. Tapi, kurang banyaknya seseorang ini memang menjadi alasan mengapa dia benar-benar membulatkan tekadnya. 2016 yang berakhir pada hubungan tanpa status, namun tiada lupa tiap malam bertemu untuk saling bercerita dan tentunya ini menjadi salah satu sarana menguatkan baginya. Bagaimana seseorang ini menjadi tempat ternyaman baginya, tempat yang sebelumnya tak pernah dia temukan dimanapun sudut ruang dalam rumahnya. Bagaimana sebuah senderan pada bahu dapat memberikannya berjuta-juta energi yang mampu membuat dia bertahan dari segala apapun yang dia tak punya. Namun memang, mungkin usianya masih begitu belia,  belum dapat dia menetralkan segala perasaan yang ada, masih senang dia sedikit bergantung pada keluarganya. 2016 yang hanya berjalan setengah tahun, dia tutup dengan kembali ke kota tercinta, jogkakarta. 

2017 datang, sebulan dia beristirahat dari segala hiruk-pikuk Ibu Kota. Mungkin kala itu dia sedang mencoba hidup menjadi seekor kukang, bukan mengapa, memang menyendiri adalah cara terbaik baginya untuk sembuh dari segala luka. Setelah berakhir masa sebulannya dicarilah segala kesibukan yang bisa dia lakukan, bekerjalah dia. Namun memang, Ibu Kota jakarta selalu menjadi tempat tujuannya, banyaknya sanak-saudara membuatnya akan terus kembali untuk sekedar bertegur sapa. Pertengahan 2017, dia kembali bertemu dengan seseorang yang tak akan pernah selesai kisahnya dengan dirinya. Memang, jika kembali kejakarta ritual yang pasti akan mereka lakukan adalah meluangkan waktu untuk sekedar bertemu. Namun, sesungguhnya dia benar benar tak percaya dengan pesan singkat yang diterimanya. Sebuah permintaan agar dirinya tak membeli tiket pulang dulu, sebelum mereka dapat bertemu. 

28 juni 2017, Pantai Ancol. 
Tempat yang sungguh sederhana namun cukup baginya. Pantai Jakarta memang tak begitu indah, namun dengan adanya sunset disana dan menikmatinya dengan seseorang yang sungguh dia mau, adalah hal yang begitu luar biasa. 
Sunset pertama baginya, bukan.. bukan berarti dia tak pernah melihat matahari tenggelam sebelumnya. Dia pernah melihay dijalan raya, atau sekedar depan rumah. Namun ini kali pertamanya, dia merencanakan untuk menikmatinya dengan seseorang yang sungguh dia mau untuk hidup bersama. 

28 juni 2017, kali pertama mereka memiliki sebuah hubungan yang jelas. Ya, sepasang kekasih istilahnya. 

Namun tak lama mereka harus berpisah, bukan karena hubungan mereka berakhir, tetapi mereka harus melakukan hubungan tersebut dengan jarak jauh, Jakarta-Jogja.

November 2017, dia kembali ke Ibu Kota. 
Masih dengan berbagai alasan yang sama. 
Dan masih dengan seseorang yang sama. 
Dihabiskan waktu-waktu 2017nya. Lalu bertemulah dengan 2018, waktu dimana dia menemukan pekerjaan impiannya. Dia sungguh senang, walaupun tak mendapat begitu banyak dukungan. Namun, ini dia, wanita berkepala batu yang hampir tak pernah mau menggantungkan dirinya. Baginya, dukungan dari seseorang ini sudahlah cukup. Dan benar-benar cukup. 

Waktu terus berganti, dengan atau tanpa seseorang ini dia tetap melanjutkan pekerjaan impiannya. Hingga saat ini, banyak hal yang dia temui. Banyak cinta tulus yang dia dapatkan dari murid-muridnya. Dan dia ingin berterimakasih, kepada seseorang ini, karena telah menjadi salah satu alasan bagaimana Dia mampu menemukan pekerjaan impiannya, karena telah menjadi salah satu orang yang mendukung cita-citanya, dan karena telah menjadi salah satu alasan dia bertahan dengan segala kendala yang ada. 

Jakarta, 27 Juli 2023.
-Dia adalah saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jingga dan senja, adalah kolaborasi yang sempurna.

Kamu tahu jingga? Iya,  jingga adalah warna yang ceria. Warna yang melambangkan kehangatan, kenyamanan dan persahabatan. Setidaknya begitulah arti jingga bagi kebanyakan orang. Namun bagiku,  jingga lebih lengkap dari itu. . . . Dalam jingga,  aku tidak hanya melihat beribu keceriaan, namun juga sejuta senyuman. Olehnya,  orang yang memperhatikannya,  ia tarik kedalam kebahagian, ia ajarkan caranya memberikan senyuman. Perihal kehangatan dan kenyamanan,  jingga dan senja memang juara.  Warna merah yang bercampur kuning itu,  mampu menghipnotisku. Membuatku merasa nyaman dan tentram ketika menikmatinya. Sedangkan tentang tersahabatan, jingga memang sudah lama bersahabat denganku. Dari sebelum aku tahu,  apa sebenarnya jingga itu. ... Berbeda dengan jingga,  senja memiliki arti yang begitu luas bagi orang-orang. Ada yang menilainya romantis,  melankolis, juga puitis. ... Senja,  adalah penghantar dari siang menuju malam...

Last Meeting Theory

  Last Meeting Theory   Kata orang, kita tidak akan pernah tahu kapan sebuah pertemuan akan menjadi yang terakhir kalinya. Theori itu seolah menampar kehidupanku satu per satu. Ia, pertemuan terakhir- tak pernah datang dengan aba-aba, tetapi ia datang selayaknya hari biasa, -yang kemudian menjadi penyesalan yang luar biasa .       Bagian Satu, Mama. Tahun lalu, saat Ramadhan aku pulang. Ku pikir, itu akan cukup untuk menggantikan momen lebaran.   Ku pikir, tiga hari menghabiskan waktu bersama akan cukup untuk mengisi rindu. Ku tawari dia ini dan itu, namun ia tak mau. Ku turuti maunya, lalu kembali pulang -ke rantauan, sambil membawa ijin akan sebuah hobi, yang tadinya tak ia percayai.                             Andai aku tahu bahwa itu lebaran terakhir bersamanya,       ...

Penggalan kalimat.

Pagi ini hujan mengguyur jakarta, membuat manusia-manusia yang begitu cinta kepada kasurnya merasa enggan meninggalkan sang kasur sendirian. . . . . Hari ini jakarta hujan ? tak apa , asal jangan ada hujan dipipimu . . . . Kepada kamu yang merasa tak asing dengan kalimat tersebut, ya, itu kalimat yang terselip disela-sela ruang perbincangan kita. Kamu tahu? Menulis penggalan kalimat tentang kamu adalah favorite ku. Ini bukan berarti aku senang menuliskan apa yang ada di ruang perbincangan kita dan lalu membagikannya. Bukan. Yang ku maksud adalah, memasukanmu kedalam tulisanku. Baik menjadi inspirasi, ataupun memang sedang menguliti kamu dalam tulisan itu. Dan aku suka yang terakhir. Sangat suka. . . . Kalimat demi kalimat mengalir begitu deras layaknya aliran air dari sungai yang besar . Deras sekali . ' Itulah yang terjadi jika aku sedang mengulitimu dalam tulisanku. . . . Aku suka menulis, dan kamu. Jadi mungkin itu alasan mengapa aku suka me...