Bagian Dua : Angin Malam.


.

.

.

.

Apa yang akan kamu lakukan jika rindu namun belum waktunya untuk bertemu?

.

.

Kepada kamu yang entah membaca ini atau tidak. Aku yakin kamu tahu bahwa kamulah yang aku rindu. Bagaimana tidak? Aku sering menyampaikan itu akhir-akhir ini. Tapi selain kamu, ada juga beberapa orang yang ku rindukan. Mama misalnya.. Entah mengapa aku tiba-tiba menjadi cengeng jika membahasnya.

.

.

Aku tahu, rinduku receh. Tak mengerti apa yang harus dilakukan jika berjumpa, tapi selalu berkeinginan untuk segera bersua.

.

.

Hari ini, aku mati-matian memendam rindu pada semua hal-hal yang aku rindukan. Kamu, mama, suasana rumah, dan ocehan yang hampir setiap hari selalu ku terima. Aku menguburnya dalam sebuah mimpi indah. Ya.. aku habiskan hariku dengan tidur. Berharap salah satunya akan datang dalam mimpi, dan memberi ku obat akan kerinduan. Dan benar saja, aku memimpikan keseharianku saat dirumah. Tapi sialnya, bukan obat yg ku dapatkan. Melainkan perasaan rindu yang kian mendalam. Lalu aku terbangun, sambil sesekali mengutuki diri sendiri akan pilihan yang telah dibuat ini. 

`

Kamu tahu bukan, bahwa bagian tersulit dalam mengambil keputusan adalah konsekuensi untuk menjalaninya sampai akhir? dan ya, dengan berat aku mengakuinya.. bahwa inilah, bagian terberatnya. Tapi perlu di garis bawahi, aku tidak menyesal , dan aku akan menjalaninya sampai akhir.

.

.

Hari ini aku berkali-kali menenggelamkan diriku dalam balutan selimut. Hari ini, rasanya aku sangat tidak bergairah untuk melakukan apapun. Namun untungnya pekerjaan rumah sudah kuselesaikan pada malam sebelumnya. Jadi, tidak ada yang salah jika hari ini ku habiskan waktu diatas kasur yang semakin lama semakin membuatku nyaman ini.

Ada beberapa hal yang aku benci dari diriku, satu diantaranya adalah tindakan lebih memilih untuk menyendiri, seperti saat ini.

Harus ku akui, aku bukan tipe orang yang pandai bergaul.  Aku lebih suka berbagi hanya kepada orang-orang tertentu, dan lebih memilih menyimpan sendiri jika orang tersebut tidak memungkinkan untuk mendengarkanku. Jadi disaat momen seperti ini, hanya duniakulah yang mampu menenggelamkanku.

.

.

Selalu ada konsekuensi yang harus diterima dalam setiap keputusan.

.

.

Dan konsekuensi yang harus ku terima malam ini ialah,  terbangun sampai kantukku datang. Entah mana yang akan datang lebih dulu, kantuk ku, atau sang fajar. Tapi satu hal yang pasti, malam ini akan ku titipkan rinduku pada angin malam. Ku suruh ia menerbangkannya kepada kalian, entah akan disampaikannya lewat jendela kaca yang terbuka, embun pagi yang esok akan menyapa, atau desiran angin yang akan kau hirup ketika kau terjaga. Dan semoga, angin malam mampu melakukannya, hingga kalian tahu, bahwa rinduku terselip diantara semua itu. Juga terselip diantara kedua tanganku , ketika aku menghabiskan waktu untuk mengadu kepada Tuhanku.



Komentar

Postingan Populer