Sesaat tadi aku merasa terbang, jauh menyusuri langit biru yang terlihat indah.
Terbang bersama kupu-kupu diperutku.
Dia, kupu-kupu itu menimbulkan rasa aneh yang ku pikir baru kali ini aku merasakannya.
Tergelitik? Geli?
Ya, mungkin perasaan semacam itu..
Perasaan aneh yang membuatku bahagia dan terus senyum-senyum selama tadi aku terbang.
Rasanya aku ingin menghitung berapa kupu-kupu yang ada diperutku ini. Sungguh. Aku menduga itu lebih dari 10.
100? 200? Terasa sangat lebih banyak dari itu.
Tapi sayangnya, tak lama tadi mereka pergi. Tepat 10 atau 20 menit sebelum aku menuliskan ini.
Mereka pergi dan meninggalkan rasa sakit di dada. Rasa yang membuatku kesulitan bernafas untuk beberapa waktu lalu.
Rasa sakit itu masih ada, dada ini masih seperti terluka. Tapi aku tak tahu dimana.
Sakitnya tak bisa ditebak dan tak bisa dicari. Hanya bisa dirasa.
Karena kupu-kupu itu telah pergi, sekarang aku tak mampu terbang lagi.
Jadi sepertinya, aku terbang tadi karena ada mereka. Dan saat mereka pergi, aku terjatuh.
Aku terjatuh dari langit dengan ketinggian yang tak ku ketahui. Aku tahu, ini tinggi sekali. Namun aku belum sempat menyentuh tanah, tapi kenapa aku sudah merasakan sakitnya?
Aku terbang dan terjatuh dalam hari yang sama. Dan sepertinya, ini kali keduanya.
Sungguh, bagaimana aku bisa tidak belajar dari yang lalu?
Ah iya, kupu-kupu itu seperti sebuah candu yang menggelitik perutku. Candu yang tak mampu ku tolak, dan ku harap untuk hinggap lebih lama.
Jika dia akan datang untuk ketiga kalinya, akan kah dia datang untuk waktu yang lebih lama?
- Jingga, dengan sisa kupu-kupu di perutnya.
Komentar
Posting Komentar