Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Perumpamaan

Seperti mencoba menyatukan kembali serpihan-serpihan gelas yang telah pecah, Mengambil tiap serpihannya satu-persatu, Mengumpulkannya, Lalu kembali mencoba menyusunnya lagi. Mungkin, itulah yang sedang saya lakukan. Sekeras apapun saya mencoba menemukan tiap bagian dari serpihannya, Tetap saja, masih ada beberapa bagian lagi yang tidak mampu saya temukan. Namun saat itu, mungkin saya tidak lekas menyerah. Dengan senyum melebar saya tetap mencari bagian dari serpihan gelas itu. Dengan semboyan-tiada-hal-yang-percuma, saya tetap dengan senang hati mengumpulkannya. Sampai di satu titik saya tahu, Sekeras apapun usaha saya menyatukan serpihan dari gelas itu, Dia, sang gelas, Tidak akan kembali menjadi utuh seperti semula. Walaupun saya temukan semua bagian dari serpihannya, Walaupun saya kembali menyusunnya dengan hati-hati, Gelas itu, tidak akan pernah kembali seperti dulu. Karena meski semua bagiannya telah di temukan, retak dari pecahan tersebut tidak akan meng...

Antara Saya, dan Apa yang terjadi.

Saya tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi. Terkadang, saya suka menyendiri. Namun terkadang pula, saya benci ketika saya sadar saya sendiri. Saya masih tak mengerti, dengan apa yang sebenarnya terjadi. Terkadang saya ingin ditemani, Saya ingin diyakini, bahwa saya tidaklah sendiri. Namun terkadang pula, saya membenci Ketika ada seseorang yang masuk dengan perlahan, Lalu membuka sedikit-demi-sedikit dinding pertahanan yang sudah lama saya ciptakan. Saya, tidak mengerti. Lebih pantas disebut apa perasaan ini. Apakah ini sebuah perasaan yang sejenis dengan ketakutan Akan ditinggalkan ketika ia sudah dibuat percaya bahwa ia akan ditemani? Ataukah, hanya sebuah prasangka buruk dari sebuah ketakutan yang sejatinya tidak beralasan? Saya, sungguh-masih-tak-mengerti. 21 Oktober 2018, -MatahariJingga .

Sepotong Sajak

Teruntuk kamu yang setia menunggu kabarnya tapi dia sedang sibuk dengan yang lain Akan sampai berapa lama kamu habiskan waktu berhargamu itu? Pikirkan juga hatimu, sampai kapan kamu menyakiti dirimu? Tidak mengertikah kamu, bahwa sesungguhnya dia yang kamu tunggu itu, tidak pernah sedikitpun menyelipkanmu dalam benak atau khayalnya. Lepaslah, sekarang waktunya memikirkan bahagiamu. Karena kelak, mungkin dia yang akan merindumu. 10 Oktober 2018, Collabs by : Jingga & An .

Ketika Suaramu Menjadi Sebuah Candu

04 september 2018, . . . Aku tahu, ini salah. Mencarimu ketika aku merasa jatuh. Mengirimmu pesan ketika aku butuh. Dan ingin meneleponmu, hanya karena aku ingin kembali mengingat suaramu. . Kepada kamu yang kali ini menjadi objek dari sajak recehku, Aku tak tahu apa yang sedang berada di pikiranku. Namamu muncul begitu saja ketika aku merasa lelah dengan hariku. Seketika aku kembali mengingat, waktu-waktu yang pernah kita habiskan hanya untuk sekedar berbagi cerita, bahkan ketika kita hanya saling diam dibalik layar telepon genggam. . Apakah aku terbawa oleh alur perasaan yang tak bertujuan? Aku tak tahu. . Ketika suaramu menjadi begitu candu, hanya satuhal yang aku tahu. . Ini, tak seharusnya begitu. -Jingga, disebuah kolong meja.

Merpati

Dari kejauhan ku lihat ia disebrang sana. Hinggap dari satu tempat ke tempat lain. Ia sangat menikmati waktunya. Ia bebas berkunjung dan terbang kemana saja, sesuka hatinya. Pernah ku coba mendekatinya, Perlahan tapi pasti. Diam diam ku menuju ketempatnya. Ia nampak cantik dilihat dari dekat, jauh lebih cantik dari sebelumnya. Namun sial, ia tersadar akan keberadaanku. Lalu apa yang terjadi? Apalagi, selain ia terbang menjauh dariku. . . . Lalu pernah ku lihat ia berada ditempat sebelumnya. Lagi-lagi hal yang dilakukannya sama. Terbang dari tempat satu ketempat lainnya. Namun kali ini, aku berbeda. Aku tak berkeinginan untuk mendekatinya. Bukan berarti tak mau dekat dengannya. Hanya saja, aku merasa ia jauh lebih menikmati waktunya. Waktu dimana ia bisa terbang bebas dan hinggap dari tempat satu ke tempat lainnya. Aku bukan tak mau berada disekitarnya. Aku hanya takut menganggunya. . . . Tiba tiba, darinya aku teringat sesuatu. Sesuatu yang mungkin kalian tahu. ...

Ambisi Si Pemimpi

Hatiku bukan batu, meski terkadang ia suka membatu. Tetap bertahan pada pilihan yang dianggapnya benar, tanpa peduli atas komentar dari mulut-mulut manusia di luar sana. Keras kepala? Tidak. Aku menyebutnya teguh terhadap pendirian. Tak peduli apa kata manusia di luar sana, yang jelas aku tahu, aku memiliki prinsip. Dan sampai kapanpun, takkan aku biarkan seseorangpun menyentuh prinsipku. Wahai manusia. Tidakkah kau diajarkan untuk saling menghargai? Terlebih terhadap keputusan orang lain? Tidakkah kau mengerti, bahwa cita-cita adalah hal yang harus dikejar sampai kau merasa lelah dan cukup akannya? Maka, biarkanlah aku mengejarnya. Sampai aku merasa lelah dan cukup. Biarkan aku menjadi seseorang yang begitu berambisi bagimu, biarkan aku menjadi begitu. Setidaknya selama aku tidak pernah mengeluh akan ambisiku ini kepadamu. Manusia.. Ketahuilah, sudah lama rasanya aku nyaris tidak berani untuk bermimpi. Aku ingat betul kapan terakhir kali aku menyuarakan mimpiku. Lalu dis...

Bagian Dua : Angin Malam.

. . . . Apa yang akan kamu lakukan jika rindu namun belum waktunya untuk bertemu? . . Kepada kamu yang entah membaca ini atau tidak. Aku yakin kamu tahu bahwa kamulah yang aku rindu. Bagaimana tidak? Aku sering menyampaikan itu akhir-akhir ini. Tapi selain kamu, ada juga beberapa orang yang ku rindukan. Mama misalnya.. Entah mengapa aku tiba-tiba menjadi cengeng jika membahasnya. . . Aku tahu, rinduku receh. Tak mengerti apa yang harus dilakukan jika berjumpa, tapi selalu berkeinginan untuk segera bersua. . . Hari ini, aku mati-matian memendam rindu pada semua hal-hal yang aku rindukan. Kamu, mama, suasana rumah, dan ocehan yang hampir setiap hari selalu ku terima. Aku menguburnya dalam sebuah mimpi indah. Ya.. aku habiskan hariku dengan tidur. Berharap salah satunya akan datang dalam mimpi, dan memberi ku obat akan kerinduan. Dan benar saja, aku memimpikan keseharianku saat dirumah. Tapi sialnya, bukan obat yg ku dapatkan. Melainkan perasaan rindu yang kian mendalam. Lal...

Bagian Satu : Aku Sedang Merindu

. . . . Langit sore mulai terlihat, goresan-goresan warna jingga mulai memenuhi hamparan langit. Si biru mulai tenggelam, hilang dan tergantikan oleh sekumpulan warna ciri khas dari sore (re : merah, kuning dan jingga tentunya). ' Sore ini, langit jakarta tak begitu cerah. Cahaya kekuningan itu, sudah beberapa hari tak mengkhiasi langit sore di jakarta. Dan aku mulai merindu, tapi yang lucu, rindu itu tertuju kepada kamu .

Penggalan kalimat.

Pagi ini hujan mengguyur jakarta, membuat manusia-manusia yang begitu cinta kepada kasurnya merasa enggan meninggalkan sang kasur sendirian. . . . . Hari ini jakarta hujan ? tak apa , asal jangan ada hujan dipipimu . . . . Kepada kamu yang merasa tak asing dengan kalimat tersebut, ya, itu kalimat yang terselip disela-sela ruang perbincangan kita. Kamu tahu? Menulis penggalan kalimat tentang kamu adalah favorite ku. Ini bukan berarti aku senang menuliskan apa yang ada di ruang perbincangan kita dan lalu membagikannya. Bukan. Yang ku maksud adalah, memasukanmu kedalam tulisanku. Baik menjadi inspirasi, ataupun memang sedang menguliti kamu dalam tulisan itu. Dan aku suka yang terakhir. Sangat suka. . . . Kalimat demi kalimat mengalir begitu deras layaknya aliran air dari sungai yang besar . Deras sekali . ' Itulah yang terjadi jika aku sedang mengulitimu dalam tulisanku. . . . Aku suka menulis, dan kamu. Jadi mungkin itu alasan mengapa aku suka me...

Mawar Putih

. . . . . . . . . Setangkai mawar putih dibawanya, ia berdiri manis tak jauh dar i hadapanku. Berdiri, menatap dengan tatapan mengamati, mengulitiku dengan matanya. " Kamu kurusan, nak." Ujarnya. Lalu ia berjalan menghampiriku. Mengusap pucuk kepalaku, dengan perlahan, penuh cinta. Memberiku setangkai mawar putih, lalu tersenyum, dengan senyuman yang belakangan ini ku rindukan . . . . . Ialah penggalan dari mimpiku tadi malam. Tak begitu jelas ku ingat. Semuanya terlihat begitu samar. Hanya beberapa potongan saja yang mampu ku telusuri dengan sangat baik, dan bagian itulah yang membuatku seketika terbangun dari tidurku. . . . Ibu, inikah pertanda bahwa kau merindukanku? Atau, ini adalah pertanda bahwa aku begitu merindukanmu? Atau, kita berdua sama-sama merindu? Ya.. lebih indah begitu.. kita, sama-sama merindu.. . . Aku rindu. Pada suasana rumah yang hampir setiap hari membuatku kesal. Pada ocehan yang setiap hari membuatku ingin menjawabnya. Pada...

Happy Birthday ❤

. . . . . . . Jakarta, 22 Maret 2018. Saya tidak menyangka, bahwa ternyata perkenalan kita mampu menembus waktu hingga saat ini . Ini adalah momen kesekian kalinya saya diberi kesempatan oleh Sang Pencipta untuk ikut turut bersyukur, bahwa dihari ini, tepat 21 tahun yang lalu, Sang Pencipta mulai memberi kehidupan kepada seorang anak yang luar biasa. Seorang pria yang tiada lelah membuat saya berfikir, betapa Maha Hebatnya Tuhan karena telah menciptakan sosok pria sepertinya. . . Tuan, mungkin perkenalan kita bisa dibilang belum terlalu lama. Masih butuh beberapa waktu lagi untuk menjadikannya terlihat lama. Tapi, kita tahu bukan, bahwa faktor yang bisa membuat kita mengenal seseorang dengan baik, bukan hanya di tentukan oleh seberapa lama mereka saling mengenal? Ada faktor yang sangat mempengaruhi hal tersebut. Ialah, kesediaan antara kedua pihak , untuk saling mengenal , dengan baik . Lalu, masih bersediakah kamu mengizinkanku untuk mengenalmu lebih baik?...

Aku percaya akan rencana-Nya

Pagi ini, aku terbangun dengan tatapan kosong. Sambil mengingat-ingat berapa lama aku tertidur, aku juga memikirkan, hal apa saja yang baru saja mampir dimimpiku. Abstrak, semu, dan tak bisa dijelaskan. Itulah jawaban yang ku dapatkan perihal mimpiku semalam . Aku ingat, aku tertidur lama sekali. Kira-kira dari jam setengah delapan malam, hingga pagi ini, jam setengah enam pagi. Lama sekali bukan? Bahkan aku melewatkan adzan subuh. Untungnya , aku sedang kedatangan tamu beberapa hari ini. Pagi ini, 4 Februari 2018, aku menyadari, bahwa entah dari beberapa hari yang lalu, setiap harinya aku mampu bertumbuh. Bukan hanya dari segi usia yang semakin hari semakin bertambah angkanya, ataupun segi fisik yang semakin hari semakin terlihat perbedaannya. Aku merasa, semakin hari, semakin terbuka cara pandangku terhadap hidup ini. Ya. Aku harap perasaanku benar, bukan hanya sekedar prasangka ku saja. Entah mengapa, akhir-akhir ini  aku merasa bersyukur jika telah mampu melewati satu hari. ...

Sebuah untaian kata.

Saat aku merasa hariku begitu berat, ku dongakkan kepalaku ke atas, ku tatap langit yang begitu luas, ku perhatikan sekelilingku. Lalu, ku pejamkan mataku. Ku tarik nafas dalam-dalam, dengan perlahan. Dan setelahnya, dengan perlahan pula, ku buka mata ini, dan ku hembuskan nafas, dengan sangat hati-hati. Sangat-hati-hati. Sehingga setelah melakukannya, aku kembali tersadar, betapa besar nikmat hidup yang telah diberikan oleh Nya . Kenyataan bahwa sampai detik ini aku masih diijinkan untuk bisa bernafas,  untuk dapat melihat ciptaan Nya yang sangat indah, adalah kenyataan yang sangat menamparku. Aku percaya bahwa Tuhanku Maha Besar, Dia Maha Segalanya. Langit yang begitu luas Dia hamparkan sebagai atap untuk bernaung bagi umatNya. Dia ciptakan manusia dengan berbagai macam, agar kita, umat manusia bisa saling mengenal dan menjadi kaya karena keanekaragamanNya. Dia ciptakan hawa dari tulang rusuk adam, agar adam tidak sendirian. Lalu Dia berikan keturunan. Sungguh, Maha Besar Tuhank...